Skip to Content

Solve pollution. Save lives.
Protect the planet.

icon calendar October 20, 2024

APA ITU TIMBAL?

Timbal adalah elemen kimia yang banyak ditemukan di alam. Elemen ini memiliki simbol Pb yang berasal dari nama Latin plumbum. timbal memiliki angka atom 82 dan berbobot 207,2. Karena beratnya yang relatif ringan, timbal bertahan di kerak bumi. Ini menjadikannya elemen paling banyak ke-36 yang ditemukan di eksterior planet kita.

Timbal umumnya ditemukan sudah terkombinasi dengan mineral lain seperti belerang, seng, dan tembaga. Untuk membuat produk jadi timbal diperlukan serangkaian proses untuk menyaring mineral-mineral lain tersebut. Galena, yang mempunyai komposisi utama timbal dan belerang (Pbs), adalah bijih timbal yang paling penting dan paling banyak digunakan.

Timbal adalah logam berwarna abu-abu mengkilap kebiruan yang mudah berubah menjadi abu-abu tua jika terkena udara. Dengan kepadatan 11,34 g/cm3, timbal lebih padat jika dibandingkan dengan logam pada umumnya. Meski padat, timbal tergolong lunak dan mudah dibentuk. Kepadatan tinggi ini membuat timbal mampu menyerap suara, getaran, dan radiasi secara efisien. Dengan kualitas ini, timbal biasanya digunakan sebagai pelindung sinar X dan bentuk radiasi lainnya.

Timbal memiliki titik leleh rendah yaitu 327,46 °C. Dengan titik leleh ini, timbal menjadi mudah dibentuk. Tak jarang, timbal biasanya dicampur dengan elemen lain untuk membuat produk dengan kelebihan tertentu. timbal juga dikenal dengan sifatnya yang tahan terhadap korosi dan berdaya tahan tinggi.

Seorang pekerja mencetak timbal hasil daur ulang. Foto oleh Larry Price.

DI MANA KITA BISA MENEMUKAN TIMBAL?

Dengan semua sifat dan karakteristik yang unggul, pasokan yang melimpah, bisa didaur ulang, dan biaya yang relatif rendah, timbal telah digunakan secara luas selama ribuan tahun. Pada zaman kuno, timbal digunakan untuk cat, glasir, ornamen, dan banyak kegunaan lainnya.

Kekaisaran Romawi menggunakan timbal untuk membuat pipa air. Inovasi ini masih meninggalkan jejak pada sistem sanitasi saat ini dan bahkan menginspirasi penggunaan kata latin plumbum sebagai asal kata bahasa Inggris plumbing.

Di era modern, penggunaan timbal menjadi semakin beragam. Berikut beberapa penggunaannya yang paling umum:

1. Baterai
Sekitar 86 persen timbal di seluruh dunia digunakan untuk memproduksi baterai asam timbal atau aki. Aki banyak digunakan pada kendaraan dan sistem penyimpanan daya.

2. Cat dan pigmen
Penggunaan timbal sebagai cat dan pigmen sudah ada sejak zaman kuno. timbal, yang memiliki sifat tahan terhadap kelembaban dan tahan korosi, ditambahkan ke cat untuk mempercepat pengeringan dan meningkatkan daya tahan. Sebagai pigmen, timbal digunakan dalam banyak produk konsumen seperti kosmetik, mainan, dan rempah-rempah.

Sebuah kursi yang dicat cerah di taman bermain anak-anak. Foto oleh Yayasan Pure Earth Indonesia.

3. Logam campuran dan solder
Timbal umumnya digunakan sebagai campuran logam dan solder karena titik lelehnya yang rendah dan kemampuannya untuk berikatan dengan baik dengan logam lain. Solder berbahan dasar timbal digunakan dalam elektronik, pipa ledeng, dan peralatan masak.

4. Pipa
Ketahanan timbal terhadap korosi dan kelenturannya membuatnya cocok untuk digunakan pada pipa.

5. Pelindung radiasi
Tingkat kepadatan timbal yang tinggi menjadikannya bahan yang sangat baik untuk memblokir radiasi. timbal biasanya digunakan dalam ranah medis dan industri peredam sinar-X dan sinar gamma.

 

SUMBER PAPARAN TIMBAL

Meski punya banyak kegunaan, timbal adalah logam yang sangat beracun dan berbahaya. Konsentrasi timbal yang terjadi secara alami di tanah, air, dan udara umumnya tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan bagi manusia. Namun aktivitas manusia selama beberapa ribu tahun terakhir, membuat timbal menyebar lebih luas. Akibatnya, manusia lebih mudah terpapar timbal dalam kadar yang berbahaya. Penelitian menunjukkan bahwa kandungan timbal dalam tubuh manusia saat ini 1.000 kali lebih tinggi dibandingkan pada masa pra-industri.

Kini kita bisa menemukan timbal di makanan yang kita makan, kendaraan yang kita naiki, dan bahkan di kosmetik. Sayangnya, keberadaannya yang di mana-mana juga meningkatkan risiko paparan timbal. Berikut adalah sumber paparan timbal yang paling umum kita temui:

Daur Ulang Baterai Asam timbal (Aki) Bekas Informal

Sebagian besar sumber timbal yang digunakan di dunia saat ini berasal dari timbal daur ulang. Karena penggunaan timbal terbesar adalah untuk memproduksi baterai asam timbal atau aki, daur ulang aki bekas (ULAB), yang sebagian besar ditemukan pada kendaraan seperti mobil dan truk, yang tidak aman, telah menjadi salah satu kontributor utama paparan timbal.

Selama satu dekade terakhir, Indonesia telah mengalami pertumbuhan pesat dalam hal kepemilikan mobil dan peningkatan permintaan baterai asam timbal. Pada tahun 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat bahwa jumlah kendaraan bermotor mencapai lebih dari 146 juta unit dan dapat menghasilkan lebih dari setengah juta ton baterai bekas. Seiring dengan pertumbuhan kendaraan bermotor di dalam negeri, jumlah tersebut diperkirakan akan terus meningkat. Pasar aki di Indonesia diperkirakan akan tumbuh dengan tingkat pertumbuhan tahunan (CAGR) sebesar 3,35% pada periode tahun 2023 hingga 2027.

Gunungan aki bekas di tempat daur ulang aki bekas. Foto oleh Yayasan Pure Earth Indonesia.

Secara umum ada dua jenis pendaur ulang ULAB di Indonesia, yaitu pendaur ulang formal atau berizin dan pendaur ulang informal atau tidak berizin. Hingga saat ini, hanya ada lima pabrik peleburan aki bekas berizin di seluruh Indonesia. Sementara itu, sulit untuk mengetahui secara pasti berapa jumlah pendaur ulang aki bekas aktif yang tidak berizin, atau pun bekas lokasi daur ulang yang sudah tidak aktif yang tentunya telah menghasilkan kontaminasi timbal yang signifikan. Namun diperkirakan terdapat lebih dari 200 lokasi peleburan ULAB di seluruh Indonesia. Kelima smelter yang berizin jika digabungkan hanya memiliki kapasitas 180.000 ton per tahun, jauh di bawah perkiraan jumlah produksi tahunan ULAB dalam negeri yang berkisar 400.000 metrik ton. Itu artinya lebih dari separuh aki bekas di Indonesia kemungkinan besar dikelola oleh pabrik peleburan ULAB tidak berizin.

Lalu apa masalahnya? Kegiatan daur ulang informal seringkali tidak memiliki proses dan teknologi yang mumpuni untuk mengendalikan emisi timbal dan melindungi pekerja dan masyarakat sekitar dari paparan timbal. Kegiatan daur ulang informal semacam itu biasanya dilakukan tidak jauh dari pemukiman. Para pekerja tanpa perlindungan yang cukup hanya menggunakan perkakas tangan seadanya untuk membuka baterai dan mengambil lempengan timbal. Lempengan-lempengan ini kemudian dilebur di lubang-lubang terbuka, mengeluarkan asap yang terkontaminasi timbal dan partikel-partikel yang mengotori lingkungan di sekitarnya.

Asam timbal dari aki sering kali dibuang ke tanah kosong atau langsung ke saluran air, sehingga mencemari air irigasi, tanaman, dan lingkungan sekitar. Kotak plastik aki bekas juga biasanya ikut didaur ulang, dan jika tidak dibersihkan dengan benar, dapat mencemari produk plastik lainnya dengan timbal. Penduduk, terutama anak-anak, yang tinggal di dekat lokasi daur ulang berisiko terkena paparan timbal dari debu dan asap yang dihasilkan oleh praktik daur ulang tersebut.
Penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang tinggal di dekat fasilitas produksi dan daur ulang aki memiliki rata-rata kadar timbal dalam darah jauh lebih tinggi, hampir empat kali lipat dari tingkat referensi 5 µg/dL.

Studies have shown that children living near lead battery manufacturing and recycling facilities have average blood lead levels significantly higher, nearly four times the reference level of 5 µg/dL, which requires intervention.

Cat

Di zaman modern, cat bertimbal pernah digunakan secara luas di seluruh dunia dan sangat diminati karena dapat menutupi permukaan dengan baik dan memberikan warna yang cerah. Setelah pengetahuan dan kesadaran terkait dampak berbahaya dari paparan timbal mulai meningkat, penggunaan cat timbal secara global menurun. Penurunan ini didorong oleh adanya upaya internasional untuk menghilangkan cat timbal secara global. Namun, hingga tahun 2019, hanya 73 negara yang menerapkan peraturan mengikat secara hukum untuk membatasi produksi, impor, dan penjualan cat bertimbal.

Sebuah studi nasional yang dilakukan oleh Nexus3 Foundation dan International Pollutants Elimination Network (IPEN) pada tahun 2021 melaporkan bahwa sekitar 79 persen sampel cat berbasis pelarut untuk keperluan rumah tangga dan industri di Indonesia mengandung konsentrasi timbal di atas 90 ppm. Lebih dari sepertiga sampel cat, sekitar 39 persen, bahkan mengandung konsentrasi timbal yang sangat tinggi di atas 10.000 ppm. Yang lebih parah lagi, kurang dari seperempat sampel cat, atau sekitar 21 persen, mencantumkan informasi tentang timbal pada labelnya.

Pada bulan Mei 2022, Badan Standardisasi Nasional (BSN) memberlakukan batas maksimum timbal dalam cat dekoratif atau berbagai kegunaan lain sebesar 90 ppm, yang jauh lebih rendah dari batas sebelumnya yaitu 600 ppm. Namun, karena hal ini bersifat sukarela, banyak produsen tidak mematuhi standar tersebut dan terus memproduksi cat berbahan dasar timbal yang berbahaya.

Peralatan Masak Logam

Timbal yang terkandung di peralatan masak berbahan logam bisa larut ke dalam makanan. Peralatan masak aluminium dari industri rumahan cukup umum di Indonesia. Banyak pengrajin informal menggunakan logam bekas dari produk-produk seperti suku cadang mesin, radiator kendaraan, baterai timbal, dan suku cadang komputer sebagai bahan atau campuran untuk membuat peralatan masak. Akibatnya, logam apa pun yang ada di dalam barang bekas ini akan tercampur, termasuk timbal.

Alat masak aluminium industri rumahan yang umumnya relatif ringan dan murah, serta berkonduktivitas tinggi sehingga mempercepat waktu memasak, membuatnya menjadi pilihan banyak orang. Terutama mereka yang ingin menghemat pengeluaran.

Nickolaus Hariojati, Program Coordinator Yayasan Pure Earth Indonesia, menguji kadar timbal pada panci aluminium dengan XRF. Foto oleh Yayasan Pure Earth Indonesia.

Penelitian terbaru kami mengenai timbal pada produk konsumen menemukan bahwa 60% sampel peralatan masak berbahan logam di Indonesia mengandung timbal yang berada di atas tingkat referensi 100 ppm. Saat ini, Indonesia belum memiliki peraturan atau perundang-undangan mengenai peralatan masak.

Produk Konsumen
– Mainan

Timbal banyak digunakan dalam mainan, khususnya mainan dengan komponen plastik dan kayu yang dicat. Namun, timbal dalam mainan menimbulkan bahaya serius bagi anak-anak, yang sangat rentan terhadap efek racunnya. Anak-anak sering kali memasukkan mainan ke dalam mulutnya, sehingga meningkatkan risiko menelan timbal.

Rapid Market Screening yang kami lakukan di 2021 menemukan bahwa 10% sampel mainan plastik dan kayu yang diambil di tiga kota di Indonesia, yaitu Surabaya, Medan, dan Makassar, mengandung timbal di atas tingkat referensi 100 ppm.

– Kosmetik

Timbal secara historis telah digunakan dalam kosmetik, terutama sebagai pigmen pada produk seperti lipstik, eyeliner, cat kuku, eyeshadow, henna, dan bedak. Selain pigmen, timbal juga digunakan dalam kosmetik karena kemampuannya meningkatkan daya rekat dan memberikan tekstur yang halus pada kulit.

Kosmetik muncul sebagai salah satu produk dengan persentase sampel tertinggi yang melebihi tingkat referensi dalam Rapid Market Screening kami. Sekitar 33% sampel kosmetik yang kami ambil mengandung timbal di atas tingkat referensi 100 ppm.

– Rempah-rempah

Kontaminasi timbal dalam rempah-rempah umumnya disebabkan oleh praktik pertanian dan manufaktur yang tidak tepat. Rempah-rempah dapat tercemar timbal melalui kontaminasi tanah, air, dan penggunaan pestisida yang mengandung timbal. Selain itu, selama proses pengeringan, penggilingan, dan pengemasan, timbal dari mesin atau wadah penyimpanan dapat mengkontaminasi rempah-rempah.

– Udara yang terkontaminasi timbal

Udara yang terkontaminasi timbal terutama berasal dari kegiatan industri, seperti peleburan logam, pembuatan baterai, dan pembakaran bahan bakar bertimbal. Meskipun penggunaan bensin bertimbal di Indonesia telah benar-benar berhenti sejak tahun 2006, emisi yang dihasilkan di masa lampau terus berkontribusi terhadap timbal di udara hingga kini, khususnya di daerah perkotaan dan di dekat lokasi industri. Partikel timbal yang dilepaskan ke udara dapat terhirup secara langsung atau menempel di tanah dan permukaan air, sehingga menyebabkan kontaminasi lebih lanjut.

Kontaminasi timbal di udara juga bisa berasal dari cat yang terkelupas. timbal yang terlepas dari cat ini biasanya memang terbatas pada area yang dekat dengan permukaan yang dicat. Namun, kegiatan seperti pengamplasan atau renovasi secara umum bisa menghasilkan konsentrasi debu bertimbal yang tinggi di udara baik di dalam maupun di luar ruangan.

– Air yang terkontaminasi timbal

Sumber utama timbal dalam air minum adalah pipa dan solder yang sudah karatan. Ketika air dengan tingkat keasaman tinggi atau kandungan mineral rendah mengalir melalui pipa-pipa ini, pipa tersebut dapat menimbulkan korosi dan melepaskan timbal ke dalam pasokan air. Buangan industri dan pembuangan limbah yang mengandung timbal secara tidak benar juga dapat mengkontaminasi air.

– Tanah yang terkontaminasi timbal

Timbal dapat ditemukan dalam tanah dan debu, terutama di daerah-daerah yang sebelumnya pernah memiliki aktivitas terkait timbal seperti pabrik, tempat peleburan, atau daur ulang ULAB. Daerah-daerah di mana pestisida bertimbal digunakan atau abu batu bara dibuang juga sering mengalami kontaminasi timbal. Kadar timbal yang tinggi juga ditemukan di tanah di dekat rumah-rumah yang catnya sudah terkelupas.

Endapan dari emisi bensin bertimbal dan sumber-sumber industri di masa lampau juga masih bisa bertahan di dalam tanah. Ketika timbal mengendap di permukaan tanah, timbal cenderung terakumulasi di kedalaman 1 hingga 2 inci, kecuali jika ada penggalian atau pengolahan tanah. timbal ini paling banyak terkonsentrasi pada partikel tanah halus, yang bisa menempel pada kulit dan pakaian dan dapat menyebar ke udara, sehingga menimbulkan risiko paparan lain bagi manusia.

JALUR PAPARAN TIMBAL

Setidaknya ada tiga cara timbal dapat masuk ke dalam tubuh:
1) Tertelan
Ini adalah cara paling umum timbal masuk ke dalam tubuh, terutama pada anak-anak. timbal dapat tertelan melalui air, tanah, debu, atau makanan yang terkontaminasi. Anak-anak sangat rentan karena mereka sering memasukkan tangan atau benda yang bisa saja tertempel debu timbal ke dalam mulut mereka. timbal bisa juga tertelan karena konsumsi makanan yang bahannya ditanam di tanah yang terkontaminasi timbal dan makanan yang disimpan dalam wadah atau dimasak dalam peralatan masak mengandung timbal.
2) Terhirup
Menghirup asap timbal, khususnya di lokasi tempat kerja seperti peleburan dan daur ulang bahan yang mengandung timbal dapat menyebabkan paparan yang signifikan. Partikel halus dan debu timbal juga dapat terbawa ke udara dan terhirup, sehingga memungkinkan timbal masuk ke sistem pernapasan dan kemudian ke aliran darah.
3) Kontak dengan Kulit
Meskipun kurang umum dan terbatas pada konteks paparan di tempat kerja, timbal dapat diserap melalui kulit. timbal organik–tetraetil dan tetrametil–yang digunakan dalam bensin bertimbal sebagai bahan tambahan untuk meningkatkan nilai oktan dapat diserap melalui kulit.

Lebih lanjut: KENAPA PAPARAN TIMBAL SANGAT BERBAHAYA?

Comments are closed.

Return to Content